Nilai Sabar
Namun, belakangan saya meninjau ulang ingatan tentang itu. Benarkah harus Ge eR bahwa Allah SWT membuat prinsip ogah berhutang saya itu terjaga? Layakkah itu harus disyukuri? Apakah Allah SWT memberi anugerah lewat uang temuan? Atau? Jangan-jangan itu malah ujian?
Wahhh, kalau begitu jadi lain pula ceritanya. Allah SWT menguji saya melalui uang sepuluh ribu? Doank? Receh sekali!
Receh? Tapi apakah saya lulus? Dari ujian receh tersebut?
Tidak! Saya tidak cuma gagal. Saya telah total gagal. Memalukan sekali diuji kesabaran pakai uang sepuluh ribu aja dan gagal?
Itu adalah uang temuan. Dan panduannya jelas, aturannya tegas. Umumkan! Bukan untuk dimiliki atau dipakai sendiri. Uang temuan itu adalah amanah yang harus dijaga, sampai kembali pada pemiliknya. Menggunakannya dengan alasan apapun berarti khianat. Dan khianat adalah satu dari tiga ciri orang munafik.
Lihat, makin dipikir makin banyak saja jenis kegagalan saya. Sudah gagal sabar, masuk dalam kelompok orang munafik pula. Dan itu hanya karena uang senilai sepuluh rupiah belaka.
Ehhh, benarkah nilainya cuma sepuluh ribu saja? Jangan-jangan malah jauh lebih kecil pula? Bukankah saya juga ogah-ogahan saat mesti merelakan uang kembalian itu? Uang kembalian yang cuma lima ratus perak? Dan dari uang temuan pula?
Jadi ketimbang bersyukur, sebaiknya sekarang kau harus istighfar, Raul!
Komentar
Posting Komentar