ILC: STY Out
Begini, Bang Karni!
Saya ini penggemar berat sepakbola. Tiap hari saya selalu update berita bola. Luar dan dalam negeri. Khusus soal timnas kesayangan kita ini, saya berani bilang, paham paham betul bagaimana situasi dan kondisinya. Hari ini--setelah kemaren PSSI menyatakan pecat STY--saya melihat, bahwa buzzers yang kerjanya merusak itu benar-benar ada.
Sepanjang hari ini, saya telah membaca dan melihat berbagai artikel dan berita yang materinya seragam: membenarkan keputusan PSSI. Dan semuanya benar-benar kompak menulis dan memberitakan hal yang sama, walaupun itu bertentangan dengan yang mereka tulis juga dengan kompak sebulan dua yang lalu.
Contoh, setelah kita menang lawan Arab Saudi 2-0 pada FIFA matchday November lalu, semuanya kompak memuji inisiatif para pemain yang mengadakan meeting pribadi--tanpa staff kepelatihan--sehari sebelum lawan Arab. Para pemain yang dipimpin kapten Jay Idzes, mengadakan rapat untuk menyatukan tekad, tujuan bersama dan semacamnya. Semua agar mereka kompak dan saling dukung satu sama lain. Mereka dipuji, karena hal itu dianggap sebagai salah satu faktor penting yang membuat kita bisa menang mengesankan lawan Arab, setelah hanya empat hari sebelumnya babak belur dibantai Jepang.
Tapi hari ini, bahkan orang PSSI yang sama-yang sebelumnya memuji--mengatakan bahwa itulah bukti bahwa telah terjadi keretakan antara pemain dan pelatih, sehingga STY mau tidak mau memang harus dipecat. Dan, dengan tidak tau malunya, semua buzzers dan media memberitakan hal tersebut. Itu baru satu hal. Dan jelas banyak lagi yang lainnya.
Saya pribadi sejak awal berkali-kali bilang bahwa nama-nama orang dalam kepengurusan PSSI ini memang buruk. Sebagai anggota kabinet--jaman Jokowi--Erick Tohir ini adalah menteri paling gagal. Puluhan BUMN kolap dan rugi. Dan sekarang, giliran PSSI?
Lobi-lobi dan negosiasinya dalam program naturalisasi berhasil? Tentu saja! Tapi itu bukan kerja keras pribadinya sendiri. Saya malah merasa bahwa sangat mungkin PSSI tinggal comot, siapa yang ingin diambil. Pantengin aja channel Yussa Nugraha! Anak muda inilah yang jauh sebelum PSSI bergerak, sudah mewawancarai para pemain keturunan. Bertanya soal darah keturunan, asal-usul, posisi bermain, kapasitas dan kapabilitas sang pemain. Serta yang terakhir dan terpenting, menanyai kesediaannya bermain untuk Indonesia apabila diminta. Itu semua jauh, sebelum mereka dihubungi PSSI.
Kesuksesannya mencarikan lawan tanding yang bermutu tentu juga layak kita apresiasi. Tapi itu juga bukan prestasinya pribadi. Itu adalah kerja keras kolektif seluruh rakyat Indonesia.
Sejak corona mewabah, seluruh dunia sekarang memandang Indonesia. Orang-orang bekerja dari rumah ... secara online. Dan kita semua paham, bahwa Indonesia adalah rajanya sosial media. Musik, budaya, kuliner dan keindahan alam Indonesia benar-benar jadi sorotan dunia. Termasuk tentunya soal olahraga, terutama sepakbola. Jangankan tim yang benar-benar bermain di lapangan, bahkan penonton asal luar benua saja, puluhan orang yang datang ke Indonesia. Ingin merasakan atmosfir menonton langsung gairah sepakbola Indonesia. Jadi sesulit apa melobi federasi sepakbola negara-negara kuat itu sebetulnya? Empat tahun terakhir, berturut-turut, Indonesia adalah negara dengan tujuan kedatangan turis tertinggi.
Kembali ke soal keputusan pecat STY. Setidaknya poin yang dijadikan alasan oleh PSSI ada tiga. Pertama, bahwa STY katanya terlalu fokus membenahi fisik pemain. Itu tak usahlah kita bahas. Biar jadi perdebatan mereka saja.
Selanjutnya dikatakan juga soal masalah kesulitan komunikasi. Itu jelas sama sekali tak berdasar. Betapa banyak video yang menjelaskan keakraban STY dengan para pemainnya! Postingan ucapan-ucapan perpisahan dari para pemainnya jelas mengkonfirmasi hal tersebut. Ricky Kambuaya, Asnawi dan Egy--yang dalam beberapa pertandingan terakhir bahkan tak masuk dalam DSP-- semua menyatakan kesedihannya. Jadi alasan komunikasi ini jelas terlalu dipaksakan.
Berikutnya yang tadi kita singgung di awal: terjadi keretakan antara STY dengan para pemain, khususnya mereka yang berasal dari Eropa. Secara blak-blakan PSSI menyatakannya. Ini jelas sekali blunder yang sangat berbahaya. Imajinasikan saja! Masih sudikah Mees Hilgers bergabung dengan tim nanti, setelah hari ini dia difitnah? Dikatakan pura-pura cedera? Masih maukah misalnya Eliano, Sandy Walsh, Pattynama, Jay Idzes atau Tom Haye bermain, andai mereka sadar dan tau bahwa mereka dituduh membangkang pelatih, saat akan melawan China, Oktober lalu? Bodoh betul itu, orang-orang PSSI yang mengatakan ini terang-terangan dan secara terbuka!
Dah! Segitu aja, Bang Karni!
"Seperti e'ek kucingku! Mengganggu, tapi terpaksa dimaklumi ... selalu," kata Siraul Nan Ebat, dalam bukunya Rekreasi Hati.
Kita rehat sejenak!
Komentar
Posting Komentar