Postingan

ILC Pagar Laut

Gambar
Begini, Bang Karni Saya lebih tertarik membahas respon aparat berwenang kita. Setidaknya 2 institusi, yaitu TNI dan KPK. Saya sungguh penasaran dan sangat geregetan, kenapa mereka seperti tidak melihat apa-apa? Padahal, seperti yang sudah dikatakan oleh Pak Said Didu, bahkan 9 institusi negara sudah tahu, diberi tahu dan melihat langsung ke lokasi? Tapi...?  Pertama, TNI? Ada apa dengan TNI kita belakangan ini? Tidakkah mereka menyadari bahwa mereka telah menjadi aparat oligarki? Ada orang yang tengah membuat negara dalam Indonesia, dan mereka dengan senang hati menjadi salah satu pilar penjaganya? PIK 2 sudah punya 4 angkatan untuk menjaga wilayahnya? TNI AD, AL dan AU serta kepolisian sudah punya markas sendiri dalam wilayah PIK 2. Keamanan siapa yang yang mereka jaga?  TNI kita, seperti yang pernah dipublish oleh sebuah riset adalah satuan militer terbaik di dunia. Mereka berani, gagah perkasa di medan perang. Tapi kenapa ciut nyalinya di hadapan seorang Aguan?  Apakah...

Amerika Butuh Istisqa

Dari tampilan video-video yang beredar, ditambah narasi-narasi beritanya, saya berkesimpulan untuk mustahil menghentikan kebakaran ini. Konon, sekitar 8500 personel kebakaran, 1000 mobil damkar, plus helikopter dan berbagai alat pendukung lainnya telah dikerahkan. Nyatanya persoalan yang paling penting adalah ketersediaan air. Ini jelas persoalan yang sangat besar.  Tabungan air yang disalurkan melalui pilar-pilar hydrant tidak mencukupi untuk memadamkan kebakaran, karena kejadiannya yang sangat cepat dan serentak. Itu sudah diakui pihak yang berwenang.  "Negara selalu siap menghadapi bencana kebakaran, tapi tidak kalau terjadi serentak seperti ini. Ketersediaan air tidak akan pernah cukup!" Begitu kurang lebih katanya.  Tapi bukankah ada laut?  Iya! Tapi persoalannya jelas tak sesederhana itu. Bayangkan saja kalau 1000 mobil bolak-balik dari laut ke TKP dalam waktu yang bersamaan? Jalanan akan kacau. Macet total! Berapa banyak jalan alternatif yang dibutuhkan agar m...

Ribas Part 1

Sebelumnya saya menyukai musik yang membangkitkan gairah dan semangat. Menyukai musik keras, menghentak dan penuh semangat. Sepuluh detik pertama Summer of 69-nya Bryan Adams, You Give Love A Bad Name-nya Bon Jovi, atau I Wanna Touch U-nya Def Leppard saja misalnya pasti langsung membuat saya bangkit. Pembukaan yang sungguh menghasut saya untuk bergerak.  Berikut karena penyanyinya. Ini membuat selera musik saya meluas dan merambah ke jalur pop rock. Maka walau cenderung nge-pop, saya juga menyukai Roxette atau MLTR. Atau musik dalam negeri seperti Jikustik dan RC Formation.  Tapi Ribas sungguh merusak selera saya dalam memahami lagu yang bermutu. Saya mulai mengerti bagaimana seharusnya lirik lagu ditulis. Sheila on 7 harus banyak berterima kasih padanya. Ribas yang membuat saya memeriksa ulang katalog mereka. Ternyata lirik lagu-lagu SO7 beneran keren dan sangat sadar EYD, lho!  Ribas membuat saya lebih tegas, sekaligus kompromis dalam menata musik playlist. Tegas, kare...

Nostalgic Songs Part 3

 3. Breathless, by The Corrs Saya tak mengerti kenapa lagu ini rasanya begitu asyik didengar. Pada post sebelumnya saya tulis, selalu gagal request lagu Dia pada si penyiar Aljabar FM. Dan sebagai kompensasi, si penyiar bersedia memutar request-an lagu alternatif saya: Breathless. Si penyiar mengerti, bahwa begitu ada kupon request lagu dengan nama pengirim Raul, artinya dia harus memutar lagu Breathless.  Saya tak mungkin lupa lagu ini. Saya, maksudnya kami, akrab dengan sang penyiar karena lagu tersebut. Kami jadi sering main ke radionya. Dia pun sering sekadar mampir di kost-an kami. Yeni, nama penyiar cantik itu akhirnya malah jadi mantan pacar teman saya. Dan saat ini keduanya sudah menikah dan punya anak bersama pasangannya masing-masing. 🤣🤣 4. Tiga buah lagu Ribas Lagi-lagi dari bajakan. Saat itu saya tengah sendirian di rumah Abang angkat saya. Untuk mengusir kebosanan, saya setel sebuah CD (bajakan). CD. Jadi tak ada gambarnya. Sebuah kompilasi lagu dari beberapa ar...

Nostalgic Songs Part 2

2. Dia, by Jikustik Lagu Jikustik yang paling sering saya putar. Soal lagu bila saya katakan sering, itu artinya ribuan kali. Jaman marak-maraknya VCD bajakan di Batam. Suatu kali pulang kerja, Bang Dana membawa pulang album Sepanjang Musim-nya Jikustik. Dan lewat album versi VCD bajakan tersebutlah saya mengenal lagu Dia.  Itu bukan salah satu hits band tersebut. Sudah tentu lagu ini juga tak bakal ada dalam buku-buku chord gitar, yang saat itu juga tengah booming. Buku tipis mirip TTS, tapi isinya tablatur, kunci gitar dari lagu-lagu yang tengah hits. Maka lagu Dia adalah yang pertama berhasil saya mainkan pakai gitar hasil dari ngulik sendiri.  Berharap mendengar lagu ini di radio--apalagi TV--tentulah tak mungkin. Jadi setelah berhasil mengekstrak lagunya menjadi format mp3, saya datang langsung ke stasiun radionya. Waktu itu sebuah stasiun radio baru, tak begitu jauh dari tempat saya tinggal. File lagu tersebut saya berikan pada si penyiar.  Saya percaya itulah perta...

Nostalgic Songs Part 1

Setiap lagu berikut telah menjadi kenangan tersendiri. Mustahil untuk dilupakan, sebab lagu-lagu tersebut telah menemani perjalanan hubungan dan sejarah hidup saya. Berikut beberapa diantaranya yang saya susun berdasar urutan kronologinya.  1. I'll be Alright, by Per Gessle.  Satu kali saat kelas 2 SMK saya berjalan-jalan di Batamindo. Ada sebuah toko kaset kecil. Iseng aja melihat-lihat. Dan saya melihat satu kaset yang memuat kata Gessle. Lebih tepatnya itu adalah sebuah album berjudul The World According to Gessle. Saya ingat bahwa Per Gessle adalah nama penyanyi cowok duo Roxette. "Wah, apakah ini ada sangkut pautnya dengan itu?" pikir saya.  Untuk bertanya pada si penjaga toko saya malu. Saya coba perhatikan lebih cermat. Kayaknya benar. Ini si vocalist Roxette. Terlihat dari poto di sampul albumnya. Tak mungkin keliru. Apakah ini album solonya?  Wahhh, seru juga punya sesuatu yang unik. Lain dari yang lain. Orang-orang bisa saja kenal lagu Roxette. Tapi apakah...

Superhero or Superzero?

Amerika Serikat, khususnya lagi Los Angeles adalah pusat maksiat dan Islamophobi dunia. Pusat perjudian dan pelacuran, alkohol dan obat-obatan, serta transaksi riba dan judi terbesar di dunia. Segala jenis kejahatan dan kriminal sudah terlalu biasa di sana.  Belum lagi industri pornografi, LGBT dan Islamophobi melalui Hollywoodnya. Melalui film-film itulah pornografi dibisniskan, LGBT dikampanyekan, dan Islam di-framing buruk. Nyaris seluruh muatan film produksi Hollywood memuat hal tersebut. Dan itu semua bisa dibilang sangat sukses.  Bagaimanapun peliknya sebuah isu, wartawan tinggal comot dan wawancarai seorang artis. Maka seluruh dunia kebodohan akan menjadikannya sebagai rujukan kebenaran. Merekalah pusat informasi, rajanya teknologi dan ilmu pengetahuan. Semua murni karena Hollywood.  Padahal sebetulnya banyak fakta yang tak bisa disanggah. Kalau kita simak sejarah, justru dunia Timurlah penghasil ilmuwan-ilmuwan tersohor. Semuanya berasal dari dunia Timur seperti R...

Nilai Sabar

Namun, belakangan saya meninjau ulang ingatan tentang itu. Benarkah harus Ge eR bahwa Allah SWT membuat prinsip ogah berhutang saya itu terjaga? Layakkah itu harus disyukuri? Apakah Allah SWT memberi anugerah lewat uang temuan? Atau? Jangan-jangan itu malah ujian?  Wahhh, kalau begitu jadi lain pula ceritanya. Allah SWT menguji saya melalui uang sepuluh ribu? Doank? Receh sekali!  Receh? Tapi apakah saya lulus? Dari ujian receh tersebut?  Tidak! Saya tidak cuma gagal. Saya telah total gagal. Memalukan sekali diuji kesabaran pakai uang sepuluh ribu aja dan gagal?  Itu adalah uang temuan. Dan panduannya jelas, aturannya tegas. Umumkan! Bukan untuk dimiliki atau dipakai sendiri. Uang temuan itu adalah amanah yang harus dijaga, sampai kembali pada pemiliknya. Menggunakannya dengan alasan apapun berarti khianat. Dan khianat adalah satu dari tiga ciri orang munafik.  Lihat, makin dipikir makin banyak saja jenis kegagalan saya. Sudah gagal sabar, masuk dalam kelompok o...

Allah SWT Memberi Makan, Bukan Rokok

Sampailah saya pada batasnya. Lapar membujuk untuk menoleransi prinsip saya yang ogah berhutang.  "Jangan sok hebatlah! Ulama, nabi dan para sahabatnya sekalipun pernah berhutang. Agama tak melarangnya pula. Bahkan negara pun doyan dan malah memperlakukannya seperti sebuah kebutuhan dan rutinitas harian belaka." Begitu kira-kira gerombolan cacing perut menggoda pikiran saya.  Dengan langkah muram saya berjalan ke gang belakang, menuju rumah seorang teman. Maksudnya tentu saja hendak minjam uang. Sepuluh ribu cukuplah. 5500 untuk semangkok mie ayam. Sisanya 4500. Pas sekali untuk tiga batang Dji Sam Soe.  Berharap teman saya ada di rumahnya. Dan sedang punya uang lebih. Dan semoga sudi pula untuk meminjamkannya. Sembari berdoa saya berjalan menunduk.  Tapi rencana Allah SWT kerap tak bisa diduga. Baru beberapa langkah berjalan, mata saya tertumbuk pada selembar kertas. Lebih tepatnya uang kertas. Lebih tepatnya lagi, uang kertas sepuluh ribu rupiah. Pas sekali jumlahn...

ILC: STY Out

Begini, Bang Karni!  Saya ini penggemar berat sepakbola. Tiap hari saya selalu update berita bola. Luar dan dalam negeri. Khusus soal timnas kesayangan kita ini, saya berani bilang, paham paham betul bagaimana situasi dan kondisinya. Hari ini--setelah kemaren PSSI menyatakan pecat STY--saya melihat, bahwa buzzers yang kerjanya merusak itu benar-benar ada.  Sepanjang hari ini, saya telah membaca dan melihat berbagai artikel dan berita yang materinya seragam: membenarkan keputusan PSSI. Dan semuanya benar-benar kompak menulis dan memberitakan hal yang sama, walaupun itu bertentangan dengan yang mereka tulis juga dengan kompak sebulan dua yang lalu.  Contoh, setelah kita menang lawan Arab Saudi 2-0 pada FIFA matchday November lalu, semuanya kompak memuji inisiatif para pemain yang mengadakan meeting pribadi--tanpa staff kepelatihan--sehari sebelum lawan Arab. Para pemain yang dipimpin kapten Jay Idzes, mengadakan rapat untuk menyatukan tekad, tujuan bersama dan semacamnya. S...